Love Of Kubus ( Serpihan Hati )


Aku terpuruk nista dan merasa tak berguna. Tak ada sedikitpun untukmu, katanya. Sakit . Sakit sekali. Dia bilang dengan jujur bahwa dia mencintai seseorang.
Begitu tidak berartinya diriku baginya kini sehingga tidak ada sisa cinta untukku.
Hanya seseorang itu yang ada didalam
hatinya. Aku merasa hina aku merasa
kalah. Kalah telak. Penyesalan itu
sekarang menggunung. Entah apa namanya...
Aku terkapar di dalam kesendirian. Keputusasaan ini menyedihkan!
Walau sudah ribuan kata ikhlas terurai, tapi kenapa hati ini masih hitam tak juga rela?
Tak bisa kugapai kebahagiaan itu. Terlalu sulit. Tanganku menggantung tak lagi mampu menggenggam, apalagi memeluk.
Dia telah jauh berjalan tak mampu
lagi kukejar. Kuteriakkan namanya hampir di setiap desah nafasku.
Rasa cinta ini tak pernah terkikis meski harus .
Mengapa geming hati tak lagi ada?
Nadanya tak lagi terdengar!
Dentingnya perih di sayat... Hanya
raungan jerit tak terdengar!
terpental-pental di dinding hati yang sudah kusam tak lagi terjaga.
Kotor oleh sampah-sampah ucapan dan kebencian yang entah kapan datangnya.
Aku merasa tak berharga , tak ada lagi yang harus dipertahankan.
Ketika ketidak peduli dan bosan sudah didendangkan, menari seakan bergoyang, berlomba menjejalkan rasa pahit di ruang sombong dada ini.
Ketika rasa ingin pergi dariku begitu kuat...
Tak ada lagi penghalang. Tak mampu juga aku berdiri menghalangi...
Terlalu rapuh,Terlalu lemah.
Karena badai yang datang akan terlalu kuat.
Dia menerjang apa saja!
Masa lalu yang tak indah ternyata bisa jadi sebuah alasan penghianatan. Meski
kata janji pernah terucap. Namun ingkar selalu ada di dalam bayang.
Dia telah ingkar!
Sekarang disini aku terpuruk bagai debu yang harus dicampakkan.
Ditiup atau di tebas hingga lenyap.

Tak ada lagi yang perduli. Aku berharap pada seseorang yang sudah tidak punya asa bersamaku.
Meski pernah ada damai dan bahagia bersama.
Sakit berharap asa yang ternyata kosong bagai angin.
Kenapa kami tak bisa bersama?
Mengapa cinta itu bisa pergi tanpa pamit?
Mengapa terasa ada kehancuran di depan mata?
Mengapa dia tak lagi ramah dengan rasa cintaku?
Dia telah berpaling . Tak ada sisa harap
untukku.
Tak ada lagi yang harus aku lakukan. Percuma meratap dan menangis, itu tak akan buat dia kembali. Hatinya dan langkahnya telah pergi . Jauh dan tak terkejar.
Dia ingin pergi tanpa kembali! Pergi bersama seribu kenangan pahit dan tak bisa lupa. Waktu juga enggan untuk menyimpan.
Waktu mati bergerak bersama badai gemuruh dan sakit di tendang rasa dan jiwa kesombongan.
Aku jatuh terjerembab tak berdaya, tak ada tangan itu lagi yang akan membantuku. Tak ada serpihan hati untukku.
Dia tak akan kembali... Dia telah pergi
bersama cinta barunya...
Wangi baru , kehidupan baru, kisah baru, melupakan kisah lama yang dulu
setia menanti, tapi porak poranda hanya karena waktu yang memisahkan.
Meski kata maaf bertebaran berserakan dimana-mana, di hati , di jiwa , dimulut , tapi seakan tak punya artinya. Aku tetap merasa tersingkir, disingkirkan. Terbelah dari kebahagian yang kudamba, yang kusimpan , tapi akhirnya
harus pecah tak ada daya.
Tak bisa kudapat lagi apa yang kuingini. Aku bahagia di sampingnya.
Tak ada lagi cinta
Tak ada lagi sayang
Tak ada lagi rasa Untukku ...
Harapan ini harus musnah. Aku harus bisa bangkit. Tak boleh jatuh dan tak bisa berdiri lagi.
Meski sulit aku harus bisa. Kesendirian
ini memang mungkin harus kuterima dan kujalani dengan hati patah. Mencintai dia harus hilang...Harus!
 Aku harus bisa bangkit dari kubangan cinta busuk ini.
Aku harus bahagia . Kalau dia bahagia
disana, mengapa aku harus menangis disini?
Hati nurani masih sempat bertanya, meski aku benci ketika pertanyaan itu seperti manancap tak mau pergi . Harapan yang seharusnya tak ada lagi.
Akankah dia bisa kembali untukku ? Wahai Juni Putihku...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar