Menggapai Bintang

Pertanyaan seorang teman : “haloo fildzah, gmn perasaanya mau operasi?”
Haloo haloo… ah biasa saja. Jawabku singkat.
Begitupun sahabatku Fathu Buluk. “Kamu ko mau operasi tenang-tenang aja”. Begitu juga dengan kedua orangtuaku “harusnya banyak berdo’a, ini orangtua yg malah khawatir dan panik”.
Dan lainnya banyak sekali…
Hai, aku akan menjawab pertanyaan kalian semua.
Bukannya tak khawatir, atau bahkan tak takut.
Jelas saja aku ‘sangat khawatir’ dan ‘takut’, tapi jika kalian sama diposisiku, tetap mengikuti rasa khawatir dan takut kalian akan rela hidup kalian seperti itu-itu saja?
Tidak merasakan keseimbangan diri, merasakan pegal yang begitu hebat! Tidak bukan?
Dengan berbagai pertimbangan yang begitu matang, keyakinan diri yang begitu kuat.
Akhirnya aku memberanikan diri untuk memutuskan ‘tahun ini saya harus operasi’.
Bukan tanpa masalah, keinginanku untuk operasi sangatlah sulit.

Meyakinkan kedua orangtua, bahwa operasi jalan terbaik. Mereka begitu takut dan belum sanggup melihatku berjuang dimeja operasi.
Memikirkan bagaimana aku kedepannya, dan yang utama adalah ‘bagaimana dengan sekolahku?’.
Semua itu begitu terngiang dikepala dan otakku.
Terlebih masalah sekolah, saat duduk dibangku kelas X saja meninggalkan sekolah 1bulan lamanya rapot UTSku diremedial 6mata pelajaran, apalagi sekarang sudah penjurusan dan masuk IPA. Dipikirkan matang, ah sudah itu bukan masalah. Beruntung aku punya sahabat yang siap membantu. Lalu pihak sekolahku MAN Majalaya, yang begitu mengerti akan kondisiku.
Berkurang satu masalah, Lalu orangtuaku masih bersih keras dengan rasa takutnya, hingga akhirnya aku berhasil meyakinkannya. Sempat berfikir, kalau orangtuaku tetap tidak menginjikan, mungkin keinginan dan impianku untuk operasi harus aku simpan rapat-rapat.
Dan untuk aku kedepannya, aku sudah siap dengan berbagai konsekuensinya.
Operasi itu sakit, ujar bu Tri Kurniawati.
Tapi yang selalu terngiang dikepalaku “setidaknya kamu gak stuck disatu keadaan, dan melangkah walaupun hanya 1CM” ujar bu Tri, digedung CMU2 RSCM sore itu.
Itu yg selalu membuat semangatku tak henti berkobar, meyakinkan bahwa keputusan ini tidak main-main.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar